Minggu, 24 Agustus 2014

Aku adalah aku. Tidak ada yang berubah.

Terkadang kita menganggap hidup orang lain lebih enak, padahal mungkin saja dia lebih sulit, hanya saja dia tidak mengeluh 


Bila tak seorang pun berbelas kasih pada kesulitan anda.
Atau, tak ada yang mau merayakan keberhasilan anda.
Atau tak seorang pun bersedia mendengarkan, memandang, memperhatikan apa pun pada diri anda.
Jangan masukkan ke dalam hati.
Manusia selalu disibukkan oleh urusannya sendiri.
Manusia kebanyakan mendahulukan kepentingannya sendiri. 
Ada orang, agaknya dengan sedikit bangga berkata bahwa “Memang aku mudah marah, tapi aku segera melupakannya.”
Mereka dianugerahi kemampuan untuk menyembuhkan sendiri luka hatinya. Tak heran, meski amarahnya meledak-ledak tak terkendali, hanya dalam hitungan detik mereka sudah berbaikan lagi; bersendau gurau seolah tak terjadi sesuatu apa. Betapa sebuah anugerah yang tak ternilai.

 Pernahkah suatu kali kita menemui bahwa ternyata secara tak sengaja telah tersakiti hati orang-orang lain di sekitar kita. Kita melangkah memulai hari tanpa mengerti bahwa kemarin, dua hari lalu, atau hari-hari sebelumnya lagi, entah berapa banyak orang yang tak berkenan dengan apa yang telah kita lakukan. Walau tanpa sadar, walau tak bermaksud demikian, namun hati yang terlanjur tersakiti, sulit tuk dipulihkan lagi.


Saat mengetahuinya, aku sempat tidak percaya adalah orang di sampingku dapat melakukannya. Sejak berpacaran, dia sungguh baik dan sabar walaupun terkadang agak kekanakan. Terhadap keluargapun dia sangat berbakti dengan rela mengorbankan apapun untuk ibu tercinta. Terlahir sebagai anak sederhana semua beban hidup dan keluarga ditanggungnya, sedangkan aku adalah seorang perantau dan pulang ke lampung memulai semua dari dasar , jatuh bangun demi keluarga tapi aku yakin allah itu adil